+6281-638793 kimia@unsoed.ac.id

Universitas Jenderal Soedirman terus bergerak maju dalam pengembangan berbagai ilmu pengetahuan.  UNSOED membuktikannya dengan mengikuti perkembangan ilmu tersebut, salah satunya cabang baru dari ilmu kimia yaitu kimia komputasi.  Inti pekerjaan dari kimia komputasi adalah melakukan eksperimen kimia dengan menggunakan komputer.  Kelompok studi yang dinamai Soedirman Group for Computasional Chemistry (SGC) ini terbentuk beberapa tahun lalu dan fokus pada riset dan publikasi internasional.  Diketuai oleh Dr. Ponco Iswanto, M.Si, SGC terus berkembang dan memberi bukti dengan memenangkan berbagai hibah penelitian.  Publikasi internasional juga sudah mulai berhasil dilakukan yaitu pada International Conference on Applied Chemistry and Chemical Engineering di Narita, Jepang Tahun 2010.

Ditemui di ruangannya Dr. Ponco Iswanto, M.Si menjelaskan lebih jauh tentang SGC dan apa itu kimia komputasi.  Cikal bakal terbentuknya berawal dari kerjasama dengan AIC UGM yang berlanjut dengan kuliah umum di tahun 2005 oleh pakar Kimia Komputasi dari Austria Dr. Bernard Radolf.  Tidak berhenti sebatas kuliah umum, even ini berlanjut pada peningkatan SDM dengan pendidikan S3 kimia komputasi yang ditempuh Dr. Ponco yang sebagian risetnya dilakukan langsung di Austria.  Menyadari sebagai bidang baru, Dr. Ponco dan kawan-kawan bekerja dari nol dan terus membangun kelompok ini di Program Studi Kimia, MIPA, FST UNSOED.  Keterbatasan perlengkapan tidak dijadikan alasan sebagai kendala.  Keberhasilan Dr. Ponco memodifikasi software yang semestinya hanya bisa digunakan di super komputer menjadi software yang dapat digunakan di personal komputer membuat kimia komputasi bisa diaplikasikan di UGM dan UNSOED tanpa super komputer yang berharga sangat mahal.

Kekhususan kimia komputasi diantaranya adalah menggunakan perlengkapan komputer dan software sehingga bisa lebih hemat biaya dan memungkinkan melakukan riset lebih banyak.  Kimia komputasi juga mendukung green chemistry sebab riset-risetnya dilakukan dengan komputer sehingga tidak mencemari lingkungan.  “Dengan kimia komputasi, apa yang tidak bisa dilakukan di laboratorium bisa dilakukan dengan komputer, seperti misalnya riset dengan bahan-bahan beracun yang sangat berbahaya” demikian jelas Dr. Ponco.  Kimia komputasi juga dapat memberikan informasi yang tidak bisa diberikan laboratorium yang ada.  “Data-data tentang sistem larutan belum tersedia karena molekulnya bergerak sangat cepat sehingga alat-alat yang tidak bisa mengikutinya, dengan kimia komputasi kita bisa mengikuti gerakan cepat molekul-molekul tersebut dalam skala femtosecons yaitu 10-15 detik”, demikian jelas Dr. Ponco dengan semangat.  Tidak sekedar dapat mengikuti secara dinamik, secara struktur kimia komputasi bisa mempelajari suatu senyawa kimia dalam skala angstrom yaitu 10-10 meter.  Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiiki ini kimia komputasi dapat membantu permasalahan-permasalahan dalam bidang farmasi, kedokteran, dan bidang-bidang lain dengan biaya riset yang lebih hemat. Misalya kimia komputasi dapat menjelaskan secara simulasi tentang kerusakan genetik dsb.  “Dengan data base penelitian yang ada, kami bisa membuat senyawa kimia baru, sehingga sasaran sintesisnya lebih terarah.  Hal ini sangat menghemat zat kimia”, demikian lanjut Dr. Ponco.

Rupanya Dr. Ponco memberi nama grup ini dengan Soedirman Group for Computasional cemistry bukan tanpa sebab.  Dr. Ponco ingin meneladani Jenderal Soedirman dalam mengembangkan grup ini, salah satunya adalah bekerja tanpa pamrih.  Dr. Ponco dan kawan-kawan mencoba memenuhi segala keperluan grup ini termasuk perlengkapan komputer dan sebagainya dengan dana yang berhasil dihimpun dan kerja keras. “Jenderal Soedirman pernah mengatakan di tengah-tengah prajuritnya agar mereka bekerja dan terus bekerja tanpa pamrih”, demikian kata Pak Ponco meneladani semangat Jenderal Soedirman.

SGC saat ini terdiri dari enam orang.  Diketuai oleh Dr. Ponco Iswanto, M.Si dan sekretaris Dra. Eva Vaulina, M.Si, grup ini beranggotakan Senny Widyaningsih.,M.Si, Dwi Kartika, M.Sc, Anung Riapranita, M.Sc, dan Ely Setiawan, S.Si.  Dalam mengembangkan SGC ini Dr. Ponco mencoba mengadopsi apa yang dilakukan di Austria yaitu dengan budaya meeting.  Dalam meeting ini dibahas berbagai masalah mulai dari riset sampai masalah-masalah personal yang bisa jadi hambatan.  Masalah-masalah ini coba diselesaikan semua.  Dr. Ponco menceritakan pengalamannya di Austria “waktu itu ATM saya tertelan dan saya kebingungan, saya sampaikan dalam meeting, dan Profesor saya langsung memberikan bantuan pinjaman untuk saya.  Jangan sampai masalah-masalah lain mengganggu riset”, demikian kenang Dr. Ponco.  Saat ini Dr. Ponco sedang akan meneliti untu mengkaji struktur dan dinamika logam transisi dalam larutan dimana luarannya adalah ditemukannya sifat-sifat kompleks dari ion-ion logam transisi dan logam tanah jarang di dalam larutan.