Tim PKM Mahasiswa Kimia Kembangkan Radiosensitizer untuk Menangani Ablasi Sel Akibat Tumor

Sel glioma merupakan sel tumor otak primer yang sangat berbahaya dan mematikan. Negara berpenghasilan rendah dan menengah salah satunya Indonesia memiliki angka kasus tumor otak mencapai 960.000 kasus. Berbagai kemajuan pengobatan klinis seperti teknik bedah, kemoterapi, maupun terapi gen telah dilakukan. Namun cara tersebut belum menurunkan angka kematian akibat tumor. Momen ini dimanfaatkan oleh tiga mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yaitu Bagus Nugroho, M. Fadil dan Ai Wanda dari Jurusan Kimia di bawah bimbingan Bapak Anung Riapanitra S.Si., M.Sc., Ph.D. melakukan inovasi pembuatan radiosensitizer berbahan BiVO4 ekstrak biji melinjo terdekorasi CQDs untuk menangani permasalahan ablasi akibat tumor.
 
Tim yang diketuai oleh Bagus mengatakan, “Terapi radiosensitizer sinar eksternal adalah strategi yang ampuh untuk pengobatan tumor pasca operasi yang dilakukan melalui pengobatan di luar tubuh yang difokuskan pada sel tumor.”Photodynamic therapy (PDT) merupakan salah satu jenis terapi yang memanfaatkan radiosensitizer dan sinar eksternal yang efektif digunakan dalam terapi tumor sel glioma. Radiosensitizer adalah zat yang meningkatkan sensitivitas sel tumor terhadap terapi radiasi, sehingga meningkatkan efektivitas radioterapi dalam mengobati tumor. Material radiosensitizer yang sedang dikembangkan saat ini yaitu semikonduktor yang memiliki keunggulan sensitivitas pada radiasi sinar-X dosis rendah dan dapat meningkatkan efektivitas pembunuhan sel tumor.

Lebih lanjut tim PKM mengatakan, Bismuth Vanadate (BiVO4) merupakan material semikonduktor yang dapat menghasilkan Reactive Oxigen Species (ROS) yang berfungsi untuk menghancurkan sel tumor. BiVO4 akan disiapkan pada penelitian ini untuk penanganan kasus ablasi tumor sel glioma di bawah radiasi sinar-X dosis rendah, karena BiVO4 memiliki kemampuan redaman radiasi yang tinggi dan dapat meningkatkan sensitivitas radiasi sinar-X dibandingkan semikonduktor lainnya.

Pembentukan nanopartikel BiVO4 memerlukan agen pereduksi seperti NaBH4. Namun, pereduksi kimia tersebut memiliki tingkat toksisitas yang tinggi, sehingga diperlukan agen pereduksi alami yang non toksik pada organ tubuh seperti ekstrak yang berasal dari tumbuhan. Penelitian ini, menggunakan ekstrak biji melinjo sebagai agen bioreduktor BiVO4, dimana ekstrak melinjo memiliki kandungan polifenolat tinggi yang bersifat anti tumor. Selain itu tim melakukan inovasi dengan pendekorasian menggunakan CQDs untuk menghasilkan spesies radikal ∙O2– (superoksida) yang dapat bertindak sebagai peningkat ROS.

Tim berharap melalui program PKM ini dapat memberikan inovasi baru bagi para peneliti dalam pengembangan radiosensitizer untuk penanganan kasus ablasi tumor dan jika dikembangkan lebih lanjut dapat menghasilkan suatu produk yang sangat bermanfaat serta dapat menurunkan angka kematian.
#unggul dan berkarya.
 

Sel glioma merupakan sel tumor otak primer yang sangat berbahaya dan mematikan. Negara berpenghasilan rendah dan menengah salah satunya Indonesia memiliki angka kasus tumor otak mencapai 960.000 kasus. Berbagai kemajuan pengobatan klinis seperti teknik bedah, kemoterapi, maupun terapi gen telah dilakukan. Namun cara tersebut belum menurunkan angka kematian akibat tumor. Momen ini dimanfaatkan oleh tiga mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yaitu Bagus Nugroho, M. Fadil dan Ai Wanda dari Jurusan Kimia di bawah bimbingan Bapak Anung Riapanitra S.Si., M.Sc., Ph.D. melakukan inovasi pembuatan radiosensitizer berbahan BiVO4 ekstrak biji melinjo terdekorasi CQDs untuk menangani permasalahan ablasi akibat tumor.
 
Tim yang diketuai oleh Bagus mengatakan, “Terapi radiosensitizer sinar eksternal adalah strategi yang ampuh untuk pengobatan tumor pasca operasi yang dilakukan melalui pengobatan di luar tubuh yang difokuskan pada sel tumor.”
Photodynamic therapy (PDT) merupakan salah satu jenis terapi yang memanfaatkan radiosensitizer dan sinar eksternal yang efektif digunakan dalam terapi tumor sel glioma. Radiosensitizer adalah zat yang meningkatkan sensitivitas sel tumor terhadap terapi radiasi, sehingga meningkatkan efektivitas radioterapi dalam mengobati tumor. Material radiosensitizer yang sedang dikembangkan saat ini yaitu semikonduktor yang memiliki keunggulan sensitivitas pada radiasi sinar-X dosis rendah dan dapat meningkatkan efektivitas pembunuhan sel tumor.
Lebih lanjut tim PKM mengatakan, Bismuth Vanadate (BiVO4) merupakan material semikonduktor yang dapat menghasilkan Reactive Oxigen Species (ROS) yang berfungsi untuk menghancurkan sel tumor. BiVO4 akan disiapkan pada penelitian ini untuk penanganan kasus ablasi tumor sel glioma di bawah radiasi sinar-X dosis rendah, karena BiVO4 memiliki kemampuan redaman radiasi yang tinggi dan dapat meningkatkan sensitivitas radiasi sinar-X dibandingkan semikonduktor lainnya.
Pembentukan nanopartikel BiVO4 memerlukan agen pereduksi seperti NaBH4. Namun, pereduksi kimia tersebut memiliki tingkat toksisitas yang tinggi, sehingga diperlukan agen pereduksi alami yang non toksik pada organ tubuh seperti ekstrak yang berasal dari tumbuhan.
Penelitian ini, menggunakan ekstrak biji melinjo sebagai agen bioreduktor BiVO4, dimana ekstrak melinjo memiliki kandungan polifenolat tinggi yang bersifat anti tumor. Selain itu tim melakukan inovasi dengan pendekorasian menggunakan CQDs untuk menghasilkan spesies radikal ∙O2– (superoksida) yang dapat bertindak sebagai peningkat ROS.
Tim berharap melalui program PKM ini dapat memberikan inovasi baru bagi para peneliti dalam pengembangan radiosensitizer untuk penanganan kasus ablasi tumor dan jika dikembangkan lebih lanjut dapat menghasilkan suatu produk yang sangat bermanfaat serta dapat menurunkan angka kematian.
#unggul dan berkarya.